Mengenal Kayu Keruing (Dipterocarpus spp.)
Keruing termasuk
famili Dipterocarpaceae yang mempunyai lebih dari 15 spesies. Oleh karena
jenisnya begitu banyak, kayu ini juga mempunyai ratusan nama daerah misalnya
tempurau (Kalimantan), melengkung (Sumatera), dan dermala (Jawa). Meskipun
demikian dalam dunia perdagangan kayu ini lebih dikenal dengan nama keruing
saja.
Tempat tumbuh dan penyebaran
Pohon keruing tumbuh di dalam hutan hujan tropis dengan tipe
curah hujan A dan B. Jenis ini sering tumbuh di tempat yang sewaktu-waktu
digenangi air tawar dan di tanah rawa. Akan tetapi, keruing lebih banyak tumbuh
pada tanah berpasir kering di punggung bukit atau tanah podsolik merah kuning
hingga ketinggian 1000 m dpi.
Daerah penyebarannya meliputi seluruh Sumatera, seluruh
Jawa, dan seluruh Kalimantan .
Ciri-ciri
Ciri umum kayu keruing adalah warna kayu terasnya yang
cokelat kemerahan, atau perpaduan merah-cokelat-kelabu dan warna kayu gubalnya
yang kuning atau cokelat muda dengan tekstur yang agak kasar. Tinggi pohon
dapat mencapai 50 m. Panjang batang bebas cabang mencapai 35 m. Diameter dapat
mencapai 120 cm. Batang berbentuk silindris lurus dan berbanir hingga mencapai
1-2 m. Pada jenis keruing tertentu tinggi banir dapat mencapai 4 m. BJ kayu
terendah dimiliki oleh jenis Dryobalanops e/ongatus yakni 0,67 dan tertinggi
dimiliki oleh DryobaJanops crinitus yang mencapai 0,92. Kayu keruing termasuk
kelas awet I-II.
Masa berbuah pohon keruing tidak teratur dan tidak
berlangsung setiap tahun. Setelah kemarau panjang sekitar bulan Maret-Mei
biasanya pohon ini banyak berbuah. Dalam 1 kilogramnya jumlah biji bersayap
dapat mencapai 350 buah.
Kegunaan
Keruing termasuk kayu keras. Karena kekerasan kayunya ini,
keruing sering dipergunakan untuk lantai kayu, bantalan, perkapalan, papan
dinding kayu lapis, dan bahan bangunan. Untuk semua penggunaan di mana terdapat
serangan jamur, serangga, atau binatang laut perusak kayu, kayu keruing harus
diawetkan dengan bahan pengawet terlebih dulu. Kayu keruing yang telah
diawetkan sering juga digunakan sebagai tiang listrik di daerah-daerah
pedalaman.