Mengenal Pengolahan Kayu Menjadi Pulp dan Kertas

Pulp merupakan hasil proses peleburan kayu atau bahan berserat lainnya secara mekanis, kimia, maupun semi kimia sebagai bahan dasar pembuatan kertas, fibre board dan turunan selulosa lainnya. Oleh karena wujudnya pada saat pemasakan berupa cairan kental dan kadang bergumpal-gumpal menyerupai bubur, pulp dikenal juga dengan sebutan bubur kayu ataupun bubur kertas.

1. PEMBUATAN PULP SECARA MEKANIS
Pembuatan pulp secara mekanis dilakukan dengan peralatan menyerupai gerinda yang berfungsi untuk mengoyak kayu serta merobek-robek serat individual di bagian permukaan. Serat-serat yang sudah terkoyak tersebut akan terkumpul dan terbawa oleh aliran air di bawah gerinda.

Di samping peralatan pengoyak berupa gerinda putar, untuk lebih memanfaatkan bahan baku yang terbuang digunakan juga mesin penghalus. Dengan mesin yang terdiri dari dua lempeng logam beralur yang dapat berputar berlawanan arah ini, tatal-tatal kayu yang tadinya terbuang dapat dimanfaatkan menjadi serat yang lebih halus.

Pembuatan pulp secara mekanis tergolong proses pembuatan pulp yang berbiaya produksi rendah. Dengan teknologi yang relatif sederhana mampu diubah 90-95% bahan baku menjadi serat. Namun demikian, besarnya bahan baku yang termanfaatkan ini juga membawa dampak kurang bagus bagi produk kertas yang dihasilkan. Tingginya kadar lignin (yang merupakan salah satu komponen kimia penyusun kayu) menyebabkan kertas yang terbuat dari pulp mekanis mudah robek, kualitas permukaan jelek, dan warna lebih cepat menguning. Contoh kertas yang dibuat dengan proses mekanis ini antara lain kertas koran, tissue, dan kertas buku tulis murah.

Untuk mengatasi masalah di atas, pembuatan pulp secara mekanis dipadukan dengan proses TMP (termomekanis). Proses ini melibatkan penggunaan uap panas (120-135° C) untuk menyemprot kayu yang akan diolah atau digerinda. Dengan uap panas ini lignin menjadi lebih lunak dan tingkat kerusakan serat lebih rendah dibandingkan dengan pembuatan pulp mekanis murni. Hal ini juga berarti kualitas kertas yang dihasilkan dapat lebih ditingkatkan, terutama dalam hal kekuatannya.

2. PEMBUATAN PULP SECARA KIMIA
Pembuatan pulp secara kimia dapat dilakukan dengan 2 proses yakni proses sulfit dan proses sulfat. Dinamakan proses sulfit karena bahan kimia pemasak yang digunakan merupakan campuran asam sulfit dengan amonium, magnesium, natrium, atau kalsium yang menghasilkan senyawa bisulfit. Demikian juga dengan proses sulfat, karena bahan kimia pemasaknya berupa campuran natrium hidroksida (NaOH) dengan natrium sulfida (Na2S) dan menggunakan natrium sulfat dalam proses pemutihan cairan pemasak.

Maksud digunakannya bahan-bahan kimia dalam pembuatan pulp adalah untuk membantu proses pemisahan serat yang terjadi pada saat terlarutnya komponen kimia lignin sebagai pengikat sel.

Perbedaan utama dengan pembuatan pulp secara mekanis adalah selain digunakannya bahan kimia, juga pada bentuk bahan bakunya. Pada proses mekanis, pulp terbentuk dari serat-serat yang lebih halus. Sementara pada proses kimia, pulp dapat terbentuk dari serpihan-serpihan kayu yang lebih besar ukurannya.

Pada proses sulfit, kertas yang dihasilkan merupakan kertas berkualitas tinggi dengan daya pembentuk lembaran yang baik.

Jenis kertas seperti ini sering digunakan untuk kertas tulis halus. Kendala utama proses sulfit adalah dalam pemulihan cairan pemasak dan pemulihan panas. Akibatnya pabrik mengalami kesulitan membuang limbah cairan pemasaknya yang mencapai 1.500 gallon untuk setiap ton pulp yang dihasilkan.

Pada proses sulfat kendala seperti ini tidak ditemui karena cairan bahan pemasak pasca-pakai dapat diputihkan kembali dengan menggunakan cairan kimia pembantu natrium sulfat. Akan tetapi, pada proses sulfat dihasilkan bau cukup tajam menyerupai bau kubis busuk yang sulit diatasi. Salah satu contoh kertas yang dibuat dengan proses sulfat ini adalah kertas kraft. Jenis kertas ini mempunyai kekuatan cukup besar sehingga sering dijadikan kertas pembungkus.

Dari segi kualitas, kertas yang diperoleh dari proses pembuatan pulp secara kimia lebih baik ketimbang proses mekanis. Namun, dari segi rendemen (perbandingan output dengan input), proses kimia lebih rendah dibandingkan dengan proses mekanis.

3. PEMBUATAN PULP SECARA SEMI-KIMIA
Untuk mencari jalan tengah permasalahan proses mekanis dan kimia tersebut dibuatlah proses pembuatan pulp secara semi kimia yang merupakan perpaduan dari proses keduanya.

Proses semi kimia ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yakni cara soda dingin, cara NSSC (neutral sulfit semi chemical), dan cara semi sulfat. Setelah terbentuk pulp, proses selanjutnya adalah pencucian, pemutihan, penggilingan, penghalusan, dan pembentukan lembaran.


Selain proses pembuatan yang dapat dilakukan dengan 3 cara seperti telah diuraikan, perlu diketahui bahwa industri pulp-kertas ini memerlukan air dalam jumlah cukup besar. Untuk pembuatan pulp sulfat diperlukan 430 m3 air/ton pulp, dissolving pulp membutuhkan 600 m3 air/ton pulp, kertas koran membutuhkan 100 m3 air/ton pulp, sedangkan pembuatan kertas kraft dan kertas karton membutuhkan 400 m3 pulp air/ton pulp. Dari keseluruhan proses di atas, yang paling memerlukan air dalam jumlah besar adalah pembuatan kertas rokok yang menggunakan 1.000 m3 air/ton pulp, kira-kira ekivalen dengan 1 m3 air/1 kg pulp yang dihasilkan.

Posting Komentar

  © Pasar Agro Online Indonesia by Agrosukses.com 2016

Back to TOP